Sabtu, 03 Desember 2011

hari raya idul fitri

 Idul Fitri, tentu dalam benak setiap orang yang ada adalah kebahagiaan dan kemenangan. Dimana pada hari itu, semua manusia merasa gembira dan senang karena telah melaksanakan ibadah puasa sebulan penuh.

Dalam Idul Fitri juga ditandai dengan adanya ”mudik (pulang kampung)” yang notabene hanya ada di Indonesia. Selain itu, hari raya Idul Fitri juga kerap ditandai dengan hampir 90% mereka memakai sesuatu yang baru, mulai dari pakaian baru, sepatu baru, sepeda baru, mobil baru, atau bahkan istri baru (bagi yang baru menikah tentunya...). Maklum saja karena perputaran uang terbesar ada pada saat Lebaran. Kalau sudah demikian, bagaimana sebenarnya makna dari Idul Fitri itu sendiri. Apakah Idul Fitri cukup ditandai dengan sesuatu yang baru, atau dengan mudik untuk bersilaturrahim kepada sanak saudara dan kerabat?.

Idul Fitri, ya suatu hari raya yang dirayakan setelah umat Islam melaksanakan ibadah puasa Ramadhan satu bulan penuh. Dinamakan Idul Fitri karena manusia pada hari itu laksana seorang bayi yang baru keluar dari dalam kandungan yang tidak mempunyai dosa dan salah.

Idul Fitri juga diartikan dengan kembali ke fitrah (awal kejadian). Dalam arti mulai hari itu dan seterusnya, diharapkan kita semua kembali pada fitrah. Di mana pada awal kejadian, semua manusia dalam keadaan mengakui bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan. Dalam istilah sekarang ini dikenal dengan ”Perjanjian Primordial” sebuah perjanjian antara manusia dengan Allah yang berisi pengakuan ke Tuhan-nan.


Allah.swt berfirman :
"(Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhan-mu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”)". (al-A’raf  7 :172)

Seiring dengan perkembangan itu sendiri, banyak di antara manusia dalam perjalanan hidupnya yang melupakan Allah serta telah melakukan dosa dan salah kepada Allah dan kepada sesama manusia. Untuk itu, memahami kembali makna Idul Fitri (kembali ke fitrah) dengan membangun kembali pengabdian hanya kepada Allah adalah sebuah keharusan sehingga kita semua dapat menjadi hamba-hamba muttaqin dan hamba yang tidak mempunyai dosa. Dosa kepada Allah terhapus dengan jalan bertaubat dan dosa kepada sesama manusia dapat terhapus dengan silaturrahim.


Idul Fitri atau kembali ke fitrah akan sempurna tatkala terhapusnya dosa kita kepada Allah diikuti dengan terhapusnya dosa kita kepada sesama manusia. Terhapusnya dosa kepada sesama manusia dengan jalan kita memohon maaf dan memaafkan orang lain.

(Dari al-Hasan bin Ali dan Muhammad bin al-Mutawakkil keduanya dari Abd al-Razaq dari al-Ma’mar dari al-Hasan dan Malik bin Anas dari al-Zuhri dari Abi Salamah dari Abi Hurairah berkata bahwa Rasulullah SAW senang melaksanakan Qiyam Ramadhan (Tarawih) meskipun tidak mewajibkannya. Kemudian bersabda : ”Barangsiapa melaksanakan Qiyam ramadhan (tarawih) karena Allah dan mencari pahala dari Allah akan diampuni dosanya yang telah lalu". Kemudian Rasulullah wafat, sedang masalah Qiyam Ramadhan tetap seperti sediakala pada pemerintahan Sayyidina Abu Bakar.ra dan pada awal pemerintahan Sayyidina Umar bin Khattab.ra).

(Dari Muhammad bin Salam dari Muhammad bin Faudhail dari Yahya bin Sa’id dari Abi Salamah dari Abi Hurairah berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda : "Barangsiapa yang berpuasa pada bulan ramadhan dengan kepercayaan bahwa perintah puasa itu dari Allah dan hanya mengharap pahala dari Allah akan diampuni dosanya").

Dosa merupakan catatan keburukan di sisi Allah yang telah dilakukan oleh setiap manusia karena mereka tidak menjalankan perintah atau karena mereka melanggar larangan Allah dan RasulNya.

Bulan Ramadhan merupakan bulan khusus yang dikhususkan Allah untuk Umat Islam. Di bulan ini terdapat maghfirah, rahmah dan itqun minan nar. Selain itu, bulan Ramadhan juga menjadi sarana umat manusia untuk memohon dan meminta pengampunan dari Allah dengan jalan melaksanakan ibadah puasa dan shalat tarawih

Syeikh Abdul Qadir al-Jailany dalam al-Gunyah-nya berpendapat, merayakan Idul Fitri tidak harus dengan baju baru, tapi jadikanlah Idul fitri ajang tasyakur, refleksi diri untuk kembali mendekatkan diri pada Alah Swt. Momen mengasah kepekaan sosial kita. Ada pemandangan lain yang harus kita cermati, betapa disaat kita berbahagia , saudara-saudara kita di tempat-tempat lain masih banyak menangis menahan lapar. Bersyukurlah kita!

menyambut tahun baru


 Dalam beberapa hari lagi kita semua akan mengalami perubahan waktu, dimana tahun 2010 akan kita tinggalkan dan tahun 2011 akan kita jalani. Semuanya tidak terkecuali akan mengalami perubahan waktu ini, mulai dari wong cilik sampai wong gede, mulai dari yang berkulit hitam sampai yang berkulit putih, mulai yang berambut keriting sampai yang berambut lurus, semua pasti mengalami perubahan tahun. Permasalahannya apa yang harus diperbuat pada tahun 2011 nanti, apa yang telah dipersiapkan untuk hidup di tahun 2011 nanti, hal itulah yang akan membedakan antara seseorang dengan lainnya. Oleh karenanya perlu bagi semua orang orang untuk mempersiapkan apa yang diperlukan dan dilaksanakan pada tahun 2011 nanti.
Semua orang yang mem punyai pemahaman tentang hal ini tentu akan mengadakan analisa pribadi terhadap kekurangan dan kelebihan yang telah dilakukan pada tahun 2010 serta mencoba untuk membuat rencana yang terbaik bagi kehidupan nya pada tahun 2011.
Bagi orang yang beriman tentu akan menganalisa berapa banyak dosa yang telah dilakukan pada tahun 2010 dan usaha apa yang akan dilakukan pada tahun 2011 untuk meminimalisasi dosa dan kekhilafan dengan melakukan perbuatan perbuatan yang lebih mendekatkan diri kepada sang Choliq. Sebagaimana juga dilakukan oleh setiap perusahaan atau pemerintahan yang selalu membuat perencanaan menjelang tahun anggaran baru, demikian jugalah harus dilakukan semua anak bangsa baik secara detail maupun secara global. Karena hal ini akan memudahkan bagi analisa untuk merencanakan kehidupan pada tahun tahun berikutnya.
Alangkah naifnya kalau kita tidak pernah mengevaluasi diri sendiri dan membiarkan hidup ini sebagaimana air meng alir, karena manusia bukanlah benda yang tidak mempunyai fikiran dan perasaan. Oleh karena itu sebaiknya difahami hal ini agar setiap tahun dapat mengadakan peningkatan kehidupannya, baik lahiriyah maupun batiniyah atau dunia dan akherat. Komitmen untuk melakukan sesuatu yang lebih baik pada tahun tahun yang akan datang, akan menjadikan optimis dalam menghadapi tantangan pada tahun yang akan datang. Akan tetapi bagi yang mempunyai pandangan yang berbeda tentu ada alasan tersendiri yang tidak perlu dijelaskan lagi.
Berbahagialah manusia yang membuat analisa tentang kesalahan yang diperbuatnya pada tahun yang lalu dan merencanakan perbaikan pada tahun mendatang, karena mereka itu telah memahami arti dari sebuah kehidupan yang diciptakan oleh Allah, Tuhan bagi seru sekalian alam. Akan tetapi alangkah naif nya manusia yang tidak meng-evaluasi kekhilafan yang telah diperbuatnya pada masa yang berjalan dan tidak berusaha untuk mengadakan langkah perbaikan ditahun berikutnya. Sebagai bangsa yang berkeTuhanan Yang Maha Esa, yang berperikemanusiaan, yang bersatu, yang mengutamakan musyawarah dan yang berkeadil an sosial, sudah selayaknya kita menyadari bahwa apapun kekhi lafan yang kita perbuat tahun ini tidak akan kita ulang pada tahun mendatang. Saling memaafkan untuk kemudian bersatu kembali dan bertekad untuk berbuat yang ter baik bagi masyarakat serta lingkungan sekitarnya merupakan suatu perbuatan yang amat mulia dan patut untuk mendapatkan penghargaan.
Memelihara dendam dan berusaha untuk melakukannya pada waktu mendatang merupakan suatu perbuatan seorang pecundang yang akan memalu-kan diri sendiri. Adakah yang lebih indah daripada memaafkan kesalahan sesamanya dan mengajak untuk bersatu demi memajukan kesejahteraan masyarakat banyak? Seorang sahabat yang sejati tidak akan melakukan perbuatan yang akan membuat sahabatnya menderita, namun akan selalu membuat sahabatnya lebih baik dan lebih perkasa.
Musuh dalam selimut akan memanfaatkan kedudukan seseorang demi kepentingan pribadinya, walau nantinya akan membuat penderitaan panjang bagi orang lain. Satu contoh bagi masyarakat Kabupaten Malang dapat dilihat dari apa yang dilakukan Ketua Tim Penggerak PKK yang justru melakukan peninjauan dan langkah langkah positif di tempat-tempat dimana suaminya menderita kekalahan dalam pemilukada, bukan malah berdendang ria ditempat dimana suaminya memenangkan suara. Mari kita songsong terbit fajar tahun 2011 dengan jiwa yang telah memaafkan semua kekhilafan setiap orang kepada kita dan kita kerjakan hal hal yang bermanfaat bagi kita dan lingkungan sekitarnya. Persiapkanlah diri kita untuk menyambut tahun 2011 dengan penuh keimanan dan ketaqwaan agar supaya Allah menganugerahkan rakhmatNya.

hari ibu



Menyambut Hari Ibu, Doa, Perjuangan dan Kasih Sayang. Menyambut hari Ibu 2008,
berikut lirik dan lagu Ebiet G Ade  Nyanyian Rindu untuk Ibu. Saya tidak bisa lahir tanpa Ibu, Ayah tidak bergairah tanpa Ibu. Ibu adalah guru kesetian, guru kasih sayang, guru cinta kasih. Ibu sumber segala cinta yang diturunkan oleh Allah. Pengorbanan tiada putus, doa tiada henti, kasih tiada batas.
Wahai ibu, betapa engkau hanya memikirkan kesuksesan anakmu,
meskipun kebanyakan anak melupakan ibunya disaat mereka sukses.
Ibu maafkan aku, anakmu yang tidak tahu membalas budi, anak yang lupa berbakti.
Ibu pengorbananmu sepanjang masa, kegigihanmu tiada pernah putus asa,
perjuanganmu atas dasar cinta dan kasih sayang.
Hari yang baik ini saya akan pulang ke Jember  di Desa Tegal Wangi Kecamatan Umbulsari. Untuk sowan pada ibu dan ayah. Ibu yang sudah berumur 75 dan ayah yang sudah berumur 90 tahun Alhamdulillah masih sehat. Umur 2 kali umur saya yang 45 tahun. Tidak ada waktu berkunjung yang menyenangkan kecuali bisa bertemu bapak Ibu. Kesuksesan saya tidak lepas dari doa ibu dan ayah yang tiap hari tidak henti-hentinya diucapkan untuk anak anaknya.
Jasamu tiada tara, cintamu tiada batas. Apapun yang saya berikan untuk membalas segala kebaikan Ibu tidak akan pernah cukup. Ibu adalah keramat, ibu adalah surga, ibu adalah hidup, ibu adalah kehidupan. Tuhan telah mengirimkan ibu untuk melahirkan kita, untuk belajar hidup, untuk belajar cinta, untuk belajar tentang perjuangan, pengorbanan.

hari kemerdekaan

Pada tanggal 6 Agustus 1945 sebuah bom atom dijatuhkan di atas kota Hiroshima Jepang oleh Amerika Serikat yang mulai menurunkan moral semangat tentara Jepang di seluruh dunia. Sehari kemudian Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI, atau "Dokuritsu Junbi Cosakai", berganti nama menjadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau disebut juga Dokuritsu Junbi Inkai dalam bahasa Jepang, untuk lebih menegaskan keinginan dan tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 9 Agustus 1945, bom atom kedua dijatuhkan di atas Nagasaki sehingga menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.
Indonesian flag raised 17 August 1945.jpg
Soekarno, Hatta selaku pimpinan PPKI dan Radjiman Wedyodiningrat sebagai mantan ketua BPUPKI diterbangkan ke Dalat, 250 km di sebelah timur laut Saigon, Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang di ambang kekalahan dan akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Sementara itu di Indonesia, pada tanggal 10 Agustus 1945, Sutan Syahrir telah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang.
Pada tanggal 12 Agustus 1945, Jepang melalui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam beberapa hari, tergantung cara kerja PPKI.[1] Meskipun demikian Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus.
Dua hari kemudian, saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air dari Dalat, Sutan Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, karena Jepang setiap saat sudah harus menyerah kepada Sekutu dan demi menghindari perpecahan dalam kubu nasionalis, antara yang anti dan pro Jepang. Hatta menceritakan kepada Syahrir tentang hasil pertemuan di Dalat. Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan pertumpahan darah yang besar, dan dapat berakibat sangat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap. Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan karena itu adalah hak Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sementara itu Syahrir menganggap PPKI adalah badan buatan Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya merupakan 'hadiah' dari Jepang (sic).
Indonesia flag raising witnesses 17 August 1945.jpg
Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada Sekutu. Tentara dan Angkatan Laut Jepang masih berkuasa di Indonesia karena Jepang telah berjanji akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Sekutu. Sutan Sjahrir, Wikana, Darwis, dan Chaerul Saleh mendengar kabar ini melalui radio BBC. Setelah mendengar desas-desus Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua tidak ingin terburu-buru. Mereka tidak menginginkan terjadinya pertumpahan darah pada saat proklamasi. Konsultasi pun dilakukan dalam bentuk rapat PPKI. Golongan muda tidak menyetujui rapat itu, mengingat PPKI adalah sebuah badan yang dibentuk oleh Jepang. Mereka menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri, bukan pemberian Jepang.
Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang (Gunsei) untuk memperoleh konfirmasi di kantornya di Koningsplein (Medan Merdeka). Tapi kantor tersebut kosong.
Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo kemudian ke kantor Bukanfu, Laksamana Muda Maeda, di Jalan Medan Merdeka Utara (Rumah Maeda di Jl Imam Bonjol 1). Maeda menyambut kedatangan mereka dengan ucapan selamat atas keberhasilan mereka di Dalat. Sambil menjawab ia belum menerima konfirmasi serta masih menunggu instruksi dari Tokyo. Sepulang dari Maeda, Soekarno dan Hatta segera mempersiapkan pertemuan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada pukul 10 pagi 16 Agustus keesokan harinya di kantor Jalan Pejambon No 2 guna membicarakan segala sesuatu yang berhubungan dengan persiapan Proklamasi Kemerdekaan.
Sehari kemudian, gejolak tekanan yang menghendaki pengambilalihan kekuasaan oleh Indonesia makin memuncak dilancarkan para pemuda dari beberapa golongan. Rapat PPKI pada 16 Agustus pukul 10 pagi tidak dilaksanakan karena Soekarno dan Hatta tidak muncul. Peserta rapat tidak tahu telah terjadi peristiwa Rengasdengklok.

[sunting] Peristiwa Rengasdengklok

Para pemuda pejuang, termasuk Chaerul Saleh, Sukarni, dan Wikana --yang konon kabarnya terbakar gelora heroismenya setelah berdiskusi dengan Ibrahim gelar Datuk Tan Malaka --yang tergabung dalam gerakan bawah tanah kehilangan kesabaran, dan pada dini hari tanggal 16 Agustus 1945. Bersama Shodanco Singgih, salah seorang anggota PETA, dan pemuda lain, mereka membawa Soekarno (bersama Fatmawati dan Guntur yang baru berusia 9 bulan) dan Hatta, ke Rengasdengklok, yang kemudian terkenal sebagai peristiwa Rengasdengklok. Tujuannya adalah agar Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Di sini, mereka kembali meyakinkan Soekarno bahwa Jepang telah menyerah dan para pejuang telah siap untuk melawan Jepang, apa pun risikonya. Di Jakarta, golongan muda, Wikana, dan golongan tua, yaitu Mr. Ahmad Soebardjo melakukan perundingan. Mr. Ahmad Soebardjo menyetujui untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jakarta. maka diutuslah Yusuf Kunto untuk mengantar Ahmad Soebardjo ke Rengasdengklok. Mereka menjemput Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta kembali ke Jakarta. Mr. Ahmad Soebardjo berhasil meyakinkan para pemuda untuk tidak terburu - buru memproklamasikan kemerdekaan. Setelah tiba di Jakarta, mereka pulang kerumah masing-masing. Mengingat bahwa hotel Des Indes (sekarang kompleks pertokoan di Harmoni) tidak dapat digunakan untuk pertemuan setelah pukul 10 malam, maka tawaran Laksamana Muda Maeda untuk menggunakan rumahnya (sekarang gedung museum perumusan teks proklamasi) sebagai tempat rapat PPKI diterima oleh para tokoh Indonesia.

[sunting] Pertemuan Soekarno/Hatta dengan Jenderal Mayor Nishimura dan Laksamana Muda Maeda

Malam harinya, Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta. Mayor Jenderal Moichiro Yamamoto, Kepala Staf Tentara ke XVI (Angkatan Darat) yang menjadi Kepala pemerintahan militer Jepang (Gunseikan) di Hindia Belanda tidak mau menerima Sukarno-Hatta yang diantar oleh Tadashi Maeda dan memerintahkan agar Mayor Jenderal Otoshi Nishimura, Kepala Departemen Urusan Umum pemerintahan militer Jepang, untuk menerima kedatangan rombongan tersebut. Nishimura mengemukakan bahwa sejak siang hari tanggal 16 Agustus 1945 telah diterima perintah dari Tokio bahwa Jepang harus menjaga status quo, tidak dapat memberi izin untuk mempersiapkan proklamasi Kemerdekaan Indonesia sebagaimana telah dijanjikan oleh Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam. Soekarno dan Hatta menyesali keputusan itu dan menyindir Nishimura apakah itu sikap seorang perwira yang bersemangat Bushido, ingkar janji agar dikasihani oleh Sekutu. Akhirnya Sukarno-Hatta meminta agar Nishimura jangan menghalangi kerja PPKI, mungkin dengan cara pura-pura tidak tau. Melihat perdebatan yang panas itu Maeda dengan diam-diam meninggalkan ruangan karena diperingatkan oleh Nishimura agar Maeda mematuhi perintah Tokio dan dia mengetahui sebagai perwira penghubung Angkatan Laut (Kaigun) di daerah Angkatan Darat (Rikugun) dia tidak punya wewenang memutuskan.
Setelah dari rumah Nishimura, Sukarno-Hatta menuju rumah Laksamana Maeda (kini Jalan Imam Bonjol No.1) diiringi oleh Myoshi guna melakukan rapat untuk menyiapkan teks Proklamasi. Setelah menyapa Sukarno-Hatta yang ditinggalkan berdebat dengan Nishimura, Maeda mengundurkan diri menuju kamar tidurnya. Penyusunan teks Proklamasi dilakukan oleh Soekarno, M. Hatta, Achmad Soebardjo dan disaksikan oleh Soekarni, B.M. Diah, Sudiro (Mbah) dan Sayuti Melik. Myoshi yang setengah mabuk duduk di kursi belakang mendengarkan penyusunan teks tersebut tetapi kemudian ada kalimat dari Shigetada Nishijima seolah-olah dia ikut mencampuri penyusunan teks proklamasi dan menyarankan agar pemindahan kekuasaan itu hanya berarti kekuasaan administratif. Tentang hal ini Bung Karno menegaskan bahwa pemindahan kekuasaan itu berarti "transfer of power". Bung Hatta, Subardjo, B.M Diah, Sukarni, Sudiro dan Sajuti Malik tidak ada yang membenarkan klaim Nishijima tetapi di beberapa kalangan klaim Nishijima masih didengungkan.
Setelah konsep selesai disepakati, Sajuti menyalin dan mengetik naskah tersebut menggunakan mesin ketik yang diambil dari kantor perwakilan AL Jerman, milik Mayor (Laut) Dr. Hermann Kandeler.[2] Pada awalnya pembacaan proklamasi akan dilakukan di Lapangan Ikada, namun berhubung alasan keamanan dipindahkan ke kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56[3] (sekarang Jl. Proklamasi no. 1).

supomo

        Kata bijak menyatakan, pengalaman adalah guru yang paling baik. Kata itulah juga yang dipegang teguh oleh seorang Supomo Guntur. Pengalamannya di banyak jenjang pemerintahan, membuat putra kelahiran Jeneponto, 13 Desember 1954 ini, sangat piawai dalam menggerakkan roda administrasi pemerintahan.

Supomo adalah biroktrat tulen dengan kekomplitan pengetahuan pemerintahan yang lengkap. Tak hanya sekadar teori-teori pemerintahan, ia juga menjalani karir kepamongannya yang terbilang lengkap. Ia memulainya dengan menjadi Kasubag Perencanaan Biro perekonomian TK. I Sulsel, pada 27 Januari 1982. Hanya dalam tempo satu tahun lebih dari posisi itu, Supomo sudah dipercaya sebagai Camat Binamu, Kabupaten Jeneponto, 21 Desember 1983. Lima tahun kemudian ia pindah tugas ke Makassar sebagai Camat Tallo di tahun 1988 dan Camat Makassar, pada 1992. Setelah itu, karirnya melejit dengan mendapuk posisi sebagai Asisten Administrasi, KMUP, pada 7 Juli 1994. Empat tahun di posisi itu, ia dipanggil kembali ke Pemerintah Provinsi Sulsel dan diberi tugas sebagai Karo Kepegawaian Sulsel dan setelah itu sebagai Kepala BKD Sulsel, di tahun 2001. Tak sampai setahun di job itu, Supomo diberi kepercayaan sebagai Sekretaris Kota Makassar, dengan pelantikan pada 2 Januari 2002.

Cengkraman pengaruhnya tak hanya di kawasan Jeneponto tetapi juga melebar ke beberapa daerah selatan, seperti Gowa, Takalar, Bantaeng, Bulukumba, Sinjai hingga ke Selayar. Maka itulah, Supomo dapat dengan mudah masuk ke dalam komunitas itu.

biografi justin bieber

     Justin Bieber menjadi sensasi di Amerika Serikat pada tahun 2009 setelah ditemukan oleh Scooter Braun melalui video kompetisi menyanyi lokal "Stratford Star" di Ontario yang dipublikasikan di YouTube oleh ibu Justin di tahun 2007, dimana Justin meraih peringkat kedua.[6][7] Scooter Braun, seorang agen pencari bakat dan mantan Marketing Eksekutif perusahaan So So Def melihat video ini dan memutuskan untuk mempertemukan Justin Bieber dengan Usher untuk audisi.[6] Singel pertamanya yang berjudul "One Time", diterbitkan secara serentak diseluruh dunia di tahun 2009, dan meduduki peringkat 30 besar di lebih dari 10 negara. Albumnya pertamanya "My World" (Duniaku) kemudian mengikuti pada 17 November 2009 dan menerima penghargaan platinum di Amerika Serikat, dan menjadi penyanyi pertama yang memiliki tujuh lagu dari album pertama yang keseluruhannya berhasil mendapat peringkat di Billboard Hot 100, sebuah daftar lagu-lagu terkemuka yang sedang digemari.[8]
Kepopuleran Justin Bieber diseluruh dunia dalam waktu singkat dikenal sebagai "Bieber Fever" (Demam Bieber) dimana julukan ini diberikan pada penggemarnya dengan obsesi yang berlebihan terhadap Justin Bieber.[9] Banyak artis yang mengalami "Demam Bieber" diantaranya Jennifer Love Hewitt,[10] dan Beyonce diperingatkan agar hati-hati oleh suaminya Jay-Z, saat berfoto bersama Justin Bieber pada penghargaan Grammy ke 52.[8]
Muhammad Yamin adalah pahlawan nasional, budayawan, dan aktivis hukum terkemuka Indonesia. Beliau di Sawahlunto, Sumatera Barat, 24 Agustus 1903 , meninggal di Jakarta, 17 Oktober 1962 dan dimakamkan di Talawi, Sawahlunto Sumatera Barat. Beliau banyak menghasilkan karya tulis pada dekade 1920 yang sebagian berbahasa Melayu. Karya tulisnya diterbitkan dalam junal Jong Sumantra. Dibidang Sastra beliau adalah pelopor puisi modern.

Riwayat pendidikan Muhammad Yamin tergolong lengkap, mulai dari Hollands Indlandsche School (HIS), Sekolah guru, Sekolah Menengah Pertanian Bogor, Sekolah Dokter Hewan Bogor, AMS, hingga sekolah kehakiman (Reeht Hogeschool) Jakarta. M Yamin termasuk salah satu pakar hukum dan penyair terkemuka angkatan pujangga baru. Taufik Abdullah bahkan menganggap Mr Muh Yamin sebagai sejarawan Indonesia terbesar abad ini.

Kiprahnya dalam dunia politik mulai terlihat sejak M Yamin diangkat sebagai ketua Jong Sumatera Bond tahun 1926-1928. Tahun 1931M Yamin bergabung ke partai Indonesia. Setelah ini partai ini di bubarkan, ia mendirikan Partai Gerakan Rakyat Indonesia bersama Adam Malik, Wilopo, dan Amir Syarifuddin. M Yamin kemudian di angkat sebagai anggota Volksraad dan membentuk golongan nasional Indonesia. M Yamin merupakan anggota BPUPKI dan anggota panitia 9 yang akhirnya berhasil merumuskan piagam Jakarta dan menjadi dasar terbentuknya UUD 1945 dan Pancasila. M Yamin amat mencintai persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Profesor M Yamin SH pernah diangkat sebagai anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP). Selain itu, ia juga pernah memegang jabatan berbagai macam menteri dalam kabinet diantaranya menteri pendidikan dan kebudayaan, menteri penerangan dan lain-lain.

Sewaktu menjabat sebagai menteri penerangan beliau wafat. Yamin meninggal dunia di Jakarta dan dikebumikan di Talawi, sebuah kota kecamatan yang terletak 20 kilometer dari ibu kota Kabupaten Sawahlunto, Sumatera Barat. Sebagai seorang sejarawan, M yamin banyak menulis buku sejarah dan sastra yang cukup di kenal diantaranya Gajah Mada (1945), Sejarah Peperangan Diponegoro, Tan Malaka (1945) Tanah Air (1922), Indonesia Tumpah Darahku (1928), Ken Arok dan Ken Dedes (1934), Revolusi Amerika, (1951). Berdasarkan SK Presiden RI No.088/TK/1973, M yamin di anugerahi gelar pahlawan nasional

biografi ir soekarno

         
Ir. Soekarno1 (ER, EYD: Sukarno, nama lahir: Koesno Sosrodihardjo) (lahir di Surabaya[1][2][3], Jawa Timur, 6 Juni 1901 – meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970 pada umur 69 tahun) adalah Presiden Indonesia pertama yang menjabat pada periode 19451966.[4] Ia memainkan peranan penting untuk memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda.[5] Soekarno adalah penggali Pancasila karena ia yang pertama kali mencetuskan konsep mengenai dasar negara Indonesia itu dan ia sendiri yang menamainya Pancasila.[5] Ia adalah Proklamator Kemerdekaan Indonesia (bersama dengan Mohammad Hatta) yang terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945.
Soekarno menandatangani Surat Perintah 11 Maret 1966 Supersemar yang kontroversial, yang isinya - berdasarkan versi yang dikeluarkan Markas Besar Angkatan darat - menugaskan Letnan Jenderal Soeharto untuk mengamankan dan menjaga keamanan negara dan institusi kepresidenan.[5] Supersemar menjadi dasar Letnan Jenderal Soeharto untuk membubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI) dan mengganti anggota-anggotanya yang duduk di parlemen.[5] Setelah pertanggung jawabannya ditolak Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) pada sidang umum ke empat tahun 1967, Presiden Soekarno diberhentikan dari jabatannya sebagai presiden pada Sidang Istimewa MPRS di tahun yang sama dan mengangkat Soeharto sebagai pejabat Presiden Republik Indonesia.[5]